Oleh : Suhana
Pertumbuhan PDB sektor perikanan tahun 2020 lebih buruk dibandingkan krisis ekonomi tahun 1998. BPS (2021) mencatat bahwa PDB sektor perikanan harga konstan 2010 tahun 2020 mencapai Rp. 254.112 Milyar atau hanya tumbuh 0,73% dibandingkan tahun 2019.
Suhana (2021) mencatat bahwa bahwa sepanjang tahun 2020, pertumbuhan ekonomi perikanan sempat terkontraksi selama dua periode, yaitu triwulan 2 dan 3. Sementara pada triwulan 4 2020 pertumbuhan ekonomi perikanan hanya mencapai 1,06% (Y on Y) yang ditopang oleh peningkatan produksi perikanan tangkap dan permintaan ikan dari luar negeri (BPS 2021).
Sementara pada saat krisis ekonomi 1998 pertumbuhan ekonomi mencapai 1,92%. Artinya pertumbuhan ekonomi tahun 2020 jauh lebih buruk dibandingkan ketika krisis ekonomi tahun 1998. Krisis ekonomi tahun 1998 dipicu oleh masalah ekonomi dunia yang terpuruk akibat krisis finalsial, sementara tahun 2020 dipicu oleh kebijakan dalam menangani penyebaran virus Covid-19 yang masif hampir diseluruh wilayah dunia. Respon kebijakan pemerintah dalam menangani penyebaran virus Covid-19 disetiap negara berbeda-beda, termasuk di Indonesia.
Sejak akhir 2019 sampai saat ini kondisi pasar komoditas perikanan dunia mengalami goncangan yang disebabkan pandemic Covid-19. Pada triwulan 1 2020, banyak negara yang terjangkit wabah Covid-19 memberlakukan kebijakan Lockdown guna membatasi pergerakan penduduk dari dan ke negaranya. Bahkan banyak negara yang melarang penduduknya untuk melakukan aktivitas di negaranya guna menghentikan laju penyebaran wabah Covid-19. Akibatnya permintaan akan komoditas perikanan banyak yang mengalami penurunan.
Setiap negara punya kebijakan masing-masing dalam menangani pandemi ini. China misalnya, menetapkan karantina wilayah di kota Wuhan, Hubei sejak 23 Januari hingga 8 April 2020. Karantina ini diikuti dengan penutupan sekolah, pembatasan kegiatan di dalam kota, dihentikannya transportasi publik, dan pembatasan bekerja dari kantor (BBC Indonesia edisi 8 April 2020).
Secara teori kebijakan karantina wilayah (lockdown), pembatasan aktivitas restoran, tempat kumpul-kumpul baik di dalam negeri maupun di negara tujuan ekspor akan berdampak pada penurunan permintaan atas produk perikanan. Para pelaku ekspor, industri pedagang juga dengan sendirinya membatasi pembelian/penyerapan ikan hasil dari produksi nelayan atau pembudidaya ikan. Akibatnya ikan hasil produksi nelayan dan pembudidaya ikan banyak yang tidak terserap dan harganya menjadi anjlok.
Sektor Perikanan lebih buruk dibadingkan pertanian
Bahkan pada tahun 2020, pertumbuhan ekonomi perikanan jauh lebih buruk dibandingkan sektor pertanian. Namun demikian dibandingkan dengan sektor kehutanan, sektor perikanan masih jauh lebih baik. Padahal selama ini, pertumbuhan sektor perikanan selalu menjadi “pemimpin” dalam sektor pertanian, kehutanan dan perikanan. Data BPS (2021) menunjukan bahwa pertumbuhan ekonomi sektor pertanian tahun 2020 mencapai 2,11%, sementara sektor kehutanan mencapai – 0,03%.
Berdasarkan hal tersebut diperlukan berbagai upaya guna meningkatkan kembali pertumbuhan ekonomi sektor perikanan. Peningkatan daya serap produk perikanan dari nelayan dan pembudidaya ikan menjadi kunci untuk kembali meningkatkan pertumbuhan ekonomi sektor perikanan. Semoga