Ilustrasi : Nelayan Kecil

Versi PDF

Oleh : Dr. Suhana, S.Pi, M.Si

Data NTN (Nilai Tukar Nelayan[1]) dan NTUN (Nilai Tukar Usaha Nelayan[2]) periode 2021-2024 menunjukkan dinamika yang mengkhawatirkan. Pada 2021, NTN dan NTUN masing-masing berada di angka 104.69 dan 106.57, mencerminkan stabilitas ekonomi nelayan dan usahanya. Tren positif ini berlanjut hingga 2022, dengan nilai NTN mencapai 106.45 dan NTUN 108.20, menandakan puncak kesejahteraan nelayan dalam periode ini (Gambar 1).

Namun, dari 2023 hingga 2024 terjadi penurunan signifikan. NTN turun dari 106.45 (2022) menjadi 105.40 (2023) dan anjlok ke 101.76 pada 2024. NTUN juga mengalami tren serupa, turun dari 108.20 (2022) menjadi 106.62 (2023) dan 104.85 pada 2024. Penurunan ini mencerminkan adanya tantangan besar yang mengancam keberlanjutan ekonomi perikanan, baik pada level individu maupun kolektif.

Gambar 1. NTN dan NTUN Periode 2021-2024

Sumber : (Badan Pusat Statistik RI, 2025)

 

Kenaikan Biaya Hidup dan Produksi

Indeks Harga yang Dibayar Nelayan (ib) meningkat tajam dari 106,41 (2021) ke 118,77 (2024), terutama pada konsumsi rumah tangga, seperti makanan, minuman, dan tembakau yang melonjak hingga 126,17. Kenaikan ini menandakan tekanan biaya hidup, yang berisiko mengurangi daya beli petani. Biaya produksi juga meningkat, tercermin dari kenaikan Indeks BPPBM, dengan lonjakan terbesar pada transportasi dan komunikasi (103,26 ke 121,02).

Sementara itu Indeks Harga yang Diterima Nelayan (it) naik hingga 122 (2023) namun turun ke 120,86 (2024). Penurunan ini di sektor perikanan tangkap laut (121 pada 2024) dapat mengindikasikan tantangan pasar atau penurunan hasil tangkapan. Kombinasi ini memperburuk nilai tukar nelayan (NTN) yang turun dari 106,45 (2022) ke 101,76 (2024), mencerminkan pendapatan nelayan tidak sebanding dengan kenaikan biaya yang mereka tanggung.

Penurunan Nilai Tukar Usaha Nelayan

Nilai Tukar Usaha Nelayan (NTUN) yang terus menurun (108,2 pada 2022 menjadi 104,85 pada 2024) menunjukkan margin keuntungan usaha nelayan semakin kecil. Hal ini bisa disebabkan oleh kenaikan harga input produksi yang lebih tinggi daripada pendapatan yang diterima.

Kondisi NTN-NTUN periode 2021-2024 menunjukkan ketimpangan struktural antara biaya hidup/produksi dan pendapatan sektor primer. Jika tidak diatasi, hal ini dapat memperburuk kesejahteraan nelayan serta menurunkan daya saing sektor perikanan. Oleh sebab itu diperlukan kebijakan pemerintah untuk mengendalian biaya produksi dan peningkatan akses pasar bagi para nelayan di seluruh wilayah Indonesia.

 

Referensi

Badan Pusat Statistik RI. (2025a, January 11). Nilai Tukar Nelayan. Https://Sirusa.Web.Bps.Go.Id/Metadata/Indikator/21213.

Badan Pusat Statistik RI. (2025b, January 11). Nilai Tukar Usaha Pertanian. Https://Sirusa.Web.Bps.Go.Id/Metadata/Variabel/84123.

Badan Pusat Statistik RI. (2025, January 11). NTN (Nilai Tukar Nelayan) Menurut Subsektor (2018=100). Https://Www.Bps.Go.Id/Id/Query-Builder.

 

[1] Nilai Tukar Nelayan (NTN) merupakan alat ukur yang digunakan untuk mengetahui kemampuan tukar ikan hasil tangkapan terhadap barang/jasa yang diperlukan untuk kebutuhan produksi maupun kebutuhan konsumsi rumah tangga. Secara definitif, Nilai Tukar Nelayan (NTN) adalah rasio antara indeks harga yang diterima nelayan (It) dengan indeks harga yang dibayar nelayan (Ib) yang dinyatakan dalam bentuk persentase. NTN > 100, berarti nelayan mengalami surplus. Harga produksi naik lebih besar dari kenaikan harga konsumsinya. Pendapatan nelayan naik lebih besar dari pengeluarannya. NTN = 100, berarti nelayan mengalami impas. Kenaikan/penurunan harga produksinya sama dengan persentase kenaikan/penurunan harga barang konsumsi. Pendapatan pembudidaya sama dengan pengeluarannya. NTN< 100, berarti nelayan mengalami defisit. Kenaikan harga produksi relatif lebih kecil dibandingkan dengan kenaikan harga barang konsumsinya. Pendapatan nelayan turun, lebih kecil dari pengeluarannya(Badan Pusat Statistik RI, 2025a).

[2] Nilai Tukar Usaha Nelayan merupakan perbandingan antara indeks harga yang diterima nelayan (It) dengan indeks yang dibayar nelayan untuk produksi dan penambahan barang modal (Ib BPPBM); 2. Indeks Harga yang Diterima oleh nelayan (It) dan Indeks Harga yang Dibayar oleh nelayan untuk produksi dan penambahan barang modal (IbBPPBM) dihitung dengan menggunakan formula Modified Laspeyres Index(Badan Pusat Statistik RI, 2025b).

 

   Send article as PDF   

Anda mungkin juga menyukai:

error: Content is protected !!