Photo : Suhana

Dalam periode triwulan 2 2020 nilai tukar nelayan (NTN) dan pembudidaya ikan (NTPi) mengalami defisit. Data BPS (2020) menunjukan bahwa rata-rata NTN pada triwulan 2 2020 hanya mencapai 98,80, sementara NTPi mencapai 99,55.

Secara teori ketika NTN dan NTPi bernilai < 100 maka nelayan dan pembudidaya ikan berada dalam kondisi kritis. Hal ini disebabkan pendapatan mereka jauh lebih kecil dibandingkan dengan pengeluarannya, baik untuk kebutuhan rumah tangga atau ongkos produksi.

Atau dengan kata lain pembudidaya ikan atau nelayan mengalami defisit. Kenaikan harga produksi relatif lebih kecil dibandingkan dengan kenaikan harga barang konsumsinya. Pendapatan pembudidaya ikan atau nelayan turun, lebih kecil dari pengeluarannya.

Nilai Tukar Nelayan

Data BPS (2020) menunjukan bahwa dalam triwulan 2 2020 NTN mengalami penurunan tertinggi terjadi pada bulan April,atau pada awal implementasi kebijakan pencegahan Pandemi Covid-19 di Indonesia. Pada bulan April NTN mencapai 98,49 atau turun sebesar 1,56% dibandingkan bulan sebelumnya. Pada bulan Mei NTN sedikit meningkat dibandingkan bulan April.

Baca Juga :

https://suhana.web.id/2020/06/02/mei-2020-nelayan-dan-pembudidaya-ikan-masih-alami-defisit/

https://suhana.web.id/2020/05/12/april-2020-lebih-dari-70-provinsi-alami-defisit-nilai-tukar-nelayan-dan-pembudidaya-ikan/

Sementara itu pada bulan Juni, NTN mencapai 99,22 atau naik sebesar 0,54% dibandingkan bulan sebelumnya. BPS (2020) menyatakan bahwa peningkatan NTN pada bulan Juni 2020 terjadi karena indek yang diterima (It) naik sebesar 0,65 persen, lebih tinggi daripada kenaikan indek yang harus dibayar (Ib) sebesar 0,12 persen. Kenaikan It disebabkan oleh naiknya It pada kelompok penangkapan laut (khususnya komoditas ikan tongkol dan ikan layang) sebesar 0,73 persen. sedangkan kelompok penangkapan perairan umum (khususnya komoditas ikan gabus) mengalami penurunan sebesar 0,45 persen. Ib mengalami kenaikan sebesar 0,12 persen dikarenakan naiknya indeks kelompok Kebutuhan Rumah Tangga dan kelompok BPPBM , masing-masing sebesar 0,12 persen dan 0,09 persen. Namun demikian peningkatan NTN pada bulan Juni belum berhasil mengeluarkan nelayan dalam kondisi defisit.

Perkembangan NTN Periode Januari-Juni 2020

Nilai Tukar Pembudidaya Ikan

Hal yang sama juga terjadi pada pembudidaya ikan, data BPS (2020) menunjukan bahwa dalam triwulan 2 2020 NTPi mengalami penurunan tertinggi terjadi pada bulan April, atau pada awal implementasi kebijakan pencegahan Pandemi Covid-19 di Indonesia. Pada bulan April NTPi mencapai 99,02 atau turun sebesar 1,64% dibandingkan bulan sebelumnya. Pada bulan Mei NTPi sedikit meningkat dibandingkan bulan April.

Sementara itu pada bulan Juni, NTPi mencapai 99,88 atau naik sebesar 0,12% dibandingkan bulan sebelumnya. BPS (2020) menyatakan bahwa peningkatan NTPi pada bulan Juni 2020 terjadi karena indek yang diterima (It) naik sebesar 0,28 persen, lebih tinggi daripada kenaikan indek yang harus dibayar (Ib) sebesar 0,15 persen. Kenaikan It disebabkan oleh naiknya harga beberapa jenis komoditas, khususnya udang payau dan rumput laut. Sementara itu, kenaikan Ib disebabkan oleh naiknya indeks kelompok KRT dan kelompok BPPBM, masing-masing sebesar 0,14 persen dan 0,17 persen. Namun demikian peningkatan NTPi pada bulan Juni belum berhasil mengeluarkan nelayan dalam kondisi defisit.

Perkembangan NTPi Periode Januari-Juni 2020

Berdasarkan hal tersebut terlihat bahwa pengeluaran rumah tangga nelayan dan pembudidaya ikan untuk memenuhi kebutuhan hidup selama triwulan 2 2020 ini terus mengalami peningkatan. Hal yang sama juga terjadi pada kebutuhan untuk mendukung produksi nelayan dan pembudidaya ikan. Oleh sebab itu pemerintah dan pemerintah daerah perlu terus berupaya untuk dapat menekan peningkatan biaya kebutuhan rumah tangga nelayan dan pembudidaya ikan di seluruh wilayah Indonesia. Berbagai program bantuan sosial untuk menekan pengeluaran rumah tangga nelayan dan pembudidaya ikan perlu terus dilakukan. Selain itu juga ketersediaan sarana-prasarana untuk mendukung aktivitas produksi para nelayan dan pembudidaya ikan perlu dijaga dengan baik, seperti BBM dan pakan ikan.

Disisi lain pemerintah perlu terus berupaya untuk meningkatkan pendapatan para nelayan dan pembudidaya ikan lokal. Hal ini dapat dilakukan dengan menjaga kestabilan harga ikan ditingkat nelayan yang sempat mengalami penurunan karena minimnya pembeli. Selain itu juga pemerintah perlu mengubah jenis bantuan sosial yang selama ini memakai produk ikan sarden kaleng, menjadi ikan beku yang dihasilkan oleh para nelayan dan pembudidaya ikan. Bahan baku produk ikan sarden kaleng selama ini sangat didominasi dari bahan baku impor, bukan hasil produksi nelayan lokal, sehingga tidak akan berdampak nyata pada peningkatan pendapatan para nelayan lokal. Oleh sebab itu diperlukan kebijakan afirmatif pembelian produk ikan beku hasil produksi nelayan dan pembudidaya ikan guna meningkatkan penyerapan hasil produksi para nelayan dan pembudidaya ikan lokal.

   Send article as PDF   

Anda mungkin juga menyukai:

error: Content is protected !!