Ilustrasi konsumsi produk perikanan di Horeka Singapura (by Gemini)

Oleh : Suhana

Singapura dikenal sebagai salah satu negara dengan tingkat konsumsi ikan yang tinggi di dunia, mencapai 46,6 kg per kapita per tahun, jauh di atas rata-rata global. Namun, sebagai negara kota dengan wilayah kecil dan keterbatasan sumber daya alam, produksi perikanannya hanya mampu memenuhi 23% kebutuhan domestik. Sisanya, 77% kebutuhan ikan dan produk perikanan dipenuhi melalui impor, dengan nilai mencapai USD 957,7 juta tahun 2020 naik menjadi USD 1.132, 08 Juta tahun 2024 (ITC 2025). Kondisi ini menjadikan Singapura sebagai pasar yang sangat menarik bagi Indonesia, khususnya di sektor perikanan.

Indonesia yang memiliki sumber daya perikanan melimpah dan kedekatan geografis menjadi pemain potensial untuk memperkuat posisinya sebagai pemasok utama ikan ke negeri tetangga ini. Dalam artikel singkat ini penulis mengulas peluang ekspor ikan Indonesia ke Singapura, jenis produk yang paling diminati, strategi penetrasi pasar, serta langkah-langkah yang dapat diambil untuk merebut pangsa pasar yang lebih besar.

Profil Ekonomi Makro Singapura Tahun 2020 (Sumber : Globefish 2023)

Pasar Singapura

Meskipun wilayahnya kecil, Singapura memiliki ekonomi yang kuat dengan GDP per kapita mencapai USD 60.700. Tingkat konsumsi protein hewani masyarakatnya juga tinggi, dengan 67% berasal dari ikan. Tingginya daya beli ini mendorong permintaan terhadap produk seafood premium, baik yang segar maupun olahan.

Pasar seafood Singapura terbagi ke dalam beberapa tiga segmen, yaitu pertama, Ritel Modern (Supermarket Premium), seperti Cold Storage, NTUC FairPrice, dan Sheng Siong mendominasi penjualan produk seafood segar dan olahan siap saji. Kedua, Horeca (Hotel, Restoran, Catering), seperti Restoran Jepang, hotel bintang lima, dan jaringan katering besar menjadi pembeli utama ikan berkualitas tinggi. Ketiga, Pasar Tradisional. Meskipun mulai terdesak oleh ritel modern, pasar tradisional tetap memainkan peran penting bagi produk ikan segar dengan harga kompetitif. Berdasarkan karakteristik pasar tersebut, Indonesia dapat menyesuaikan strategi ekspornya berdasarkan segmen yang dituju.

Berdasarkan laporan GLOBEFISH (FAO, 2023), komoditas impor utama Singapura meliputi, pertama Udang (HS 0306.17), digunakan luas di restoran premium dan hotel. Kedua, Ikan Segar/Chilled (HS 0302.89), khususnya spesies tropis yang tidak diproduksi di negara-negara beriklim dingin. Ketiga, Kepiting, Abalon, dan Sirip Hiu (HS 0306 & HS 1605), segmen high-end untuk kuliner kelas atas. Keempat, Salmon dan Tuna (HS 0303 & HS 0302.14), sangat diminati di restoran Jepang dan internasional.

Indonesia memiliki keunggulan karena mampu memproduksi sebagian besar komoditas tersebut. Misalnya, tuna dari Bitung dan Ambon yang sudah memenuhi standar ekspor internasional, serta udang vannamei dari Jawa Timur dan Sulawesi Selatan yang memiliki kualitas ekspor tinggi.

Top 10 Produk Impor Ikan Singapura Tahun 2020 (Sumber : Globefish 2023)

Keunggulan Kompetitif Indonesia

Keunggulan Kompetitif Indonesia terletak pada beberapa faktor strategis yang menjadikannya layak sebagai pemasok utama ikan bagi Singapura. Kedekatan geografis antara kedua negara memungkinkan pengiriman yang cepat sehingga kesegaran produk dapat terjaga dengan baik, menjawab kebutuhan pasar yang mengutamakan kualitas. Selain itu, biaya produksi ikan di Indonesia relatif lebih rendah dibandingkan dengan pemasok lain seperti Norwegia dan Jepang, sehingga menawarkan harga yang lebih kompetitif.

Indonesia juga memiliki diversitas komoditas yang luas, mulai dari ikan laut tropis hingga produk perikanan budidaya, yang sesuai dengan preferensi pasar Singapura yang beragam. Ditambah lagi, banyak eksportir Indonesia telah mengantongi sertifikasi internasional seperti HACCP dan EU Approval yang menjadi syarat wajib untuk memasuki pasar Singapura. Kombinasi faktor-faktor tersebut menjadikan Indonesia sangat kompetitif, khususnya dalam penyediaan produk ikan segar yang membutuhkan rantai pasok cepat dan terjaga mutunya.

Untuk memaksimalkan potensi ekspor ikan ke Singapura, strategi pemasaran berbasis Segmentation, Targeting, and Positioning (STP) perlu diterapkan secara tepat. Pada tahap segmentasi, fokus diarahkan pada pasar premium seperti sektor Horeca (hotel, restoran, katering) dan ritel modern yang menuntut produk berkualitas tinggi serta siap saji. Selanjutnya, pada tahap targeting, strategi difokuskan pada importir besar yang memasok jaringan supermarket dan hotel ternama, sekaligus menjalin kemitraan B2B dengan distributor lokal untuk memperluas jangkauan distribusi. Sementara itu, pada tahap positioning, ikan Indonesia perlu dipasarkan sebagai “seafood segar tropis yang berkualitas dan berkelanjutan” dengan menonjolkan keunggulan kesegaran produk serta sertifikasi mutu yang diakui secara internasional. Pendekatan STP ini akan memperkuat daya saing ikan Indonesia di pasar Singapura yang sangat kompetitif.

Meski peluang ekspor ikan ke Singapura sangat besar, terdapat sejumlah tantangan yang perlu diatasi agar Indonesia dapat bersaing secara optimal. Persaingan global menjadi salah satu hambatan utama, di mana pemasok dari negara seperti Norwegia (untuk salmon) dan Vietnam (untuk udang) telah memiliki jaringan distribusi yang kuat dan mapan di Singapura. Selain itu, standar mutu yang ditetapkan oleh Singapore Food Agency (SFA) sangat ketat, mencakup persyaratan keamanan pangan serta sistem traceability yang memastikan produk dapat dilacak dari sumbernya.

Tak hanya itu, tren konsumen yang semakin mengutamakan produk seafood berlabel ramah lingkungan (eco-label) juga menuntut eksportir untuk beradaptasi dengan standar keberlanjutan global. Untuk menghadapi tantangan ini, eksportir Indonesia harus memastikan penerapan Good Handling Practices (GHP), membangun sistem rantai dingin yang optimal untuk menjaga kesegaran, serta memenuhi sertifikasi internasional seperti Marine Stewardship Council (MSC) khususnya untuk produk tangkapan laut yang berorientasi pada pasar premium.

Berdasarkan hal tersebut maka roadmap ekspor ikan Indonesia ke Singapura perlu disusun secara bertahap agar mampu meningkatkan daya saing dan keberlanjutan di pasar tersebut. Dalam jangka pendek, fokus diarahkan pada perluasan jaringan importir dan distributor di Singapura, pemusatan ekspor pada komoditas unggulan seperti udang, tuna, dan kepiting, serta optimalisasi pengiriman melalui jalur laut dan udara dengan dukungan sistem rantai dingin yang efisien. Pada jangka menengah, strategi dapat ditingkatkan dengan mengembangkan produk bernilai tambah seperti ikan fillet vakum, udang beku siap masak, atau produk siap saji (ready-to-eat), memperluas branding produk Indonesia melalui promosi di pameran internasional seperti Seafood Expo Asia, serta memperkuat sertifikasi internasional dan eco-label untuk memenuhi tuntutan konsumen premium. Sementara itu, dalam jangka panjang, targetnya adalah menjadikan Indonesia sebagai pemasok utama seafood segar premium di Singapura, membangun pusat distribusi bersama yang mendukung kelancaran ekspor berkelanjutan, serta mengembangkan kolaborasi teknologi budidaya modern guna memenuhi standar keberlanjutan global yang semakin ketat.

Jika Indonesia mampu merebut 15% pangsa impor ikan Singapura (dari total USD 957,7 juta), nilai ekspor dapat mencapai USD 143 juta per tahun. Angka ini baru sebagian kecil dari potensi yang ada, terutama jika ditambah dengan produk olahan bernilai tinggi.

Dus, Singapura adalah pasar strategis yang kecil namun sangat menguntungkan bagi ekspor ikan Indonesia. Kedekatan geografis, permintaan tinggi, serta daya beli masyarakat yang kuat memberikan peluang besar bagi produk seafood Indonesia, khususnya untuk segmen premium. Dengan strategi yang tepat, penguatan standar kualitas, serta diversifikasi produk bernilai tambah, Indonesia dapat memperluas pangsa pasarnya dan menjadi pemasok utama ikan di Singapura.

   Send article as PDF   

Anda mungkin juga menyukai:

error: Content is protected !!