ILUSTRASI. Pembudidaya Rumput Laut Indonesia. Rumput laut merupakan salah satu produk perikanan budidaya global. Sumber : DJPB, Juni 2019

Oleh : Suhana

Data nilai produksi perikanan budidaya dunia menunjukkan tren pertumbuhan signifikan selama periode 2000–2022 (Gambar 1), dengan peningkatan konsisten dalam kontribusi ekonomi dari masing-masing sumber budidaya, yaitu payau (brackishwater), tawar (freshwater), dan laut (marine). Namun, terdapat beberapa pola dan anomali yang memerlukan perhatian lebih mendalam.

Gambar 1. Perkembangan Nilai Budidaya Perikanan Dunia

Sumber : FishStat 2024, diolah

Berdasarkan Gambar 1 terlihat bahwa nilai produksi perikanan dari budidaya ikan air payau (brackishwater) menunjukkan peningkatan bertahap sejak awal, dengan percepatan signifikan setelah 2010. Nilai budidaya air tawar (Freshwater), meskipun awalnya lebih rendah, mencatat pertumbuhan paling tajam. Pada 2010, kontribusi Budidaya air tawar (freshwater) hampir menyamai budidaya ikan air payau (brackishwater), menunjukkan pergeseran fokus produksi. Sebaliknya, nilai budidaya air laut (marine) menunjukkan fluktuasi tajam, dengan lonjakan besar pada 2019 dan 2022. Ketidakstabilan ini mungkin mencerminkan ketergantungan pada faktor eksternal seperti perubahan iklim atau kebijakan perikanan.

Pada 2010–2013, total nilai produksi dunia meningkat tajam, menunjukkan dampak positif dari kebijakan atau teknologi budidaya baru di dunia. Namun, perlambatan pertumbuhan pada periode 2015–2020 mengindikasikan potensi hambatan seperti krisis ekonomi global atau bencana alam yang memengaruhi produktivitas.

Sejak 2010, nilai budidaya air tawar (freshwater) menjadi sektor dominan, melampaui brackishwater. Hal ini mencerminkan adaptasi terhadap permintaan pasar atau efisiensi teknologi. Namun, ketergantungan pada freshwater juga menimbulkan risiko konsentrasi produksi yang terlalu besar pada satu habitat.

Gambar 2. Share Nilai Produksi Budidaya Perikanan Dunia (%)

Sumber : FishStat 2024, diolah

Berdasarkan perkembangan nilai produksi perikanan budidaya dunia tersebut terlihat bahwa dalam periode 2000-2022 terjadi perubahan proporsi share akuakultur dalam tiga jenis lingkungan perairan: brackishwater (air payau), freshwater (air tawar), dan marine (laut) (Gambar 2). Pada awal periode (2000-2002), budidaya ikan di perairan air payau (brackishwater) mendominasi dengan share lebih dari 60%, bahkan mencapai puncak 73,07% pada 2002. Namun, dominasi ini secara bertahap menurun hingga kisaran 35-43% pada tahun-tahun terakhir (2014-2022). Penurunan ini menunjukkan adanya perubahan preferensi atau kendala lingkungan dan ekonomi yang memengaruhi produksi di wilayah ini.

Sementara itu share nilai budidaya ikan di peariarn air tawar (freshwater) menunjukkan tren peningkatan yang konsisten, terutama setelah 2010. Pada tahun-tahun awal, kontribusinya berkisar 21-37%, tetapi meningkat menjadi lebih dari 40%, bahkan mencapai 52,25% pada 2015. Hal ini mengindikasikan pergeseran signifikan ke arah akuakultur di perairan tawar, mungkin karena efisiensi biaya, keberlanjutan, atau regulasi yang lebih mendukung.

Namun demikian, untuk nilai budidaya ikan diperairan laut (marine) share tetap paling kecil sepanjang periode, terdapat tren peningkatan signifikan sejak 2005. Dari hanya 1,38% pada 2000, share marine meningkat hingga 19,41% pada 2022. Kenaikan ini dapat disebabkan oleh adopsi teknologi baru, perluasan area budidaya laut, atau peningkatan permintaan produk laut.

Perubahan tersebut mencerminkan pergeseran strategis dalam perikanan budidaya dunia untuk menyesuaikan dengan kondisi pasar, ketersediaan sumber daya, dan perubahan lingkungan. Penurunan di satu sektor seringkali diimbangi oleh peningkatan di sektor lain, menunjukkan dinamika yang kompleks. 

Dinamika Produksi Akuakultur Global: Peran Indonesia

Budidaya perikanan global mencatat nilai ekonomi mencapai USD 312,751 juta pada 2022, dengan kontribusi terbesar berasal dari China, India, Viet Nam, dan Indonesia (Tabel 1). China mendominasi pasar global dengan total produksi mencapai USD 183,281 juta atau sekitar 58,6% dari total global. Keberhasilan ini terutama didorong oleh sektor freshwater, yang menyumbang USD 124,699 juta atau 72% dari nilai global sektor tersebut. Skala produksi yang besar, inovasi teknologi, dan kebijakan pemerintah yang mendukung menjadi faktor utama keberhasilan China.

Tabel 1. Top 20 Nilai Produksi Perikanan Budidaya Global Menurut Negara Produsen

Sumber : FishStat 2024, diolah

India (USD 17,232 juta) dan Viet Nam (USD 14,933 juta) berada di peringkat kedua dan ketiga, dengan karakteristik produksi yang berbeda. India memfokuskan pada sektor freshwater, sedangkan Viet Nam unggul di sektor brackishwater. Kontribusi Viet Nam dalam sektor ini mencerminkan efisiensi penggunaan sumber daya pesisir, yang merupakan komoditas ekspor utama.

Indonesia, sebagai negara terbesar di ASEAN, mencatat nilai produksi USD 14,074 juta. Keberhasilan ini didukung oleh keseimbangan antara sektor brackishwater (USD 5,385 juta) dan freshwater (USD 5,957 juta), dengan kontribusi signifikan dari sektor marine (USD 2,731 juta). Diversifikasi ini menunjukkan potensi Indonesia sebagai pusat budidaya perikanan multilingkungan, meskipun masih perlu optimalisasi sektor laut.

Negara-negara seperti Chile (USD 11,582 juta) dan Norway (USD 11,079 juta) menunjukkan spesialisasi yang kuat dalam sektor marine, terutama salmon. Strategi fokus pada komoditas bernilai tinggi di perairan laut memungkinkan mereka bersaing di pasar global meskipun volume produksi relatif kecil.

Negara-negara berkembang seperti Bangladesh (USD 6,485 juta) dan Myanmar (USD 2,036 juta) memperlihatkan potensi pertumbuhan dalam sektor freshwater. Namun, kontribusi mereka masih tertinggal jauh dari pemain utama, menyoroti perlunya peningkatan teknologi, infrastruktur, dan akses pasar.

Berdasarkan hal tersebut ketimpangan ekonomi terlihat jelas, di mana hanya beberapa negara mendominasi pasar global. China sendiri menyumbang lebih dari separuh nilai total. Negara-negara lain, terutama negara berkembang, perlu berfokus pada inovasi teknologi dan diversifikasi produk untuk meningkatkan daya saing.***

   Send article as PDF   

Anda mungkin juga menyukai:

error: Content is protected !!