ILUSTRASI. Pembudidaya Rumput Laut. Sumber : DJPB, Juni 2019

Catatan Akhir Tahun 2020 (Seri 3)

Oleh : Suhana (suhana@suhana.web.id)

Indonesia merupakan penghasil rumput laut tropis utama di dunia dengan kurang lebih 70.000 keluarga bergantung pada kegiatan ini (Marino, Monica et all 2019). Tahun 2016 Indonesia tercatat sebagai negara eksportir terbesar rumput laut dunia (Suhana 2017). Budidaya rumput laut adalah bentuk budidaya laut yang membutuhkan investasi modal rendah dan memungkinkan peningkatan standar hidup di setiap daerah di Indonesia .

Baca Juga : https://suhana.web.id/2017/09/12/peta-perdagangan-rumput-laut-dunia-2016/

Aktivitas usaha budidaya laut banyak menjadi andalan utama pendapatan rumah tangga pembudidaya ikan. Misalnya Studi Marino, Monica et all (2019) di Pulau Rote Nusa Tenggara Timur menyatakan bahwa para pembudidaya rumput laut di Pulau Rote sangat menggantungkan pendapatan rumah tangganya pada budidaya rumput laut, di mana 50% rumah tangga mengandalkan pendapatan melalui kegiatan ini sebagai satu-satunya sumber uang mereka. Musim memainkan peran penting dalam produksi rumput laut dengan dampak negatif selama musim kemarau.

Sementara itu sejak awal tahun 2020 selain masalah musim, tantangan terbesar adalah terganggunya permintaan rumput laut akibat dari kebijakan penanganan pandemi covid-19 di negara-negara tujuan ekspor, khususnya negara China. Oleh sebab itu diperlukan terobosan kebijakan dalam mengatasi permasalahan pasar rumput laut Indonesia, khususnya di pasar ekspor.

Perkembangan Ekspor Rumput Laut

Rumput laut merupakan salah satu produk perikanan ekspor andalan Indonesia. Hasil analisis data ekspor rumput laut Indonesia dalam periode 2012-2019 terlihat bahwa volume ekspor rumput laut rata-rata tumbuh sebesar 2,95% pertahun. Sementara nilai ekspor dalam periode yang sama rata-rata tumbuh sebesar 12,97% pertahun.

Berdasarkan hal tersebut terlihat adanya perbedaan yang cukup signifikan antara rata-rata pertumbuhan volume dan nilai ekspor rumput laut. Dugaan sementara adanya perbedaan tersebut disebabkan oleh dua hal, yaitu adanya perubahan komposisi produk rumput yang diekspor atau adanya perubahan harga rumput laut dipasar internasional yang cukup tinggi.   

Catatan BPS (2020) terlihat bahwa dalam periode 2012-2019 volume ekspor rumput laut rata-rata mencapai 197,08 Ribu Ton pertahun, dengan nilai rata-rata mencapai USD 231,96 Juta. Volume ekspor rumput laut tertinggi terjadi pada tahun 2018, yaitu mencapai 212,96 Ribu Ton. Sementara nilai ekspor tertinggi terjadi pada tahun 2019, yaitu mencapai USD 324,85 Juta.

Gambar 1. Perkembangan Ekspor Rumput Laut Indonesia Periode 2012-2019 (Sumber : BPS 2020)

Produk rumput laut yang diekspor Indonesia dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu rumput laut layak konsumsi manusia, rumput laut tidak layak konsumsi manusia, karaginan dan agar-agar serta rumput laut untuk farmasi. Dalam periode 2012-2019 share volume ekspor rumput laut layak konsumsi manusia rata-rata mencapai 67,08% dari total volume ekspor rumput laut Indonesia. Share volume ekspor produk rumput laut tidak layak konsumsi manusia rata-rata mencapai 28,67% dari total volume ekspor rumput laut Indonesia. Sementara itu share volume ekspor produk karaginan dan agar-agar serta rumput laut untuk farmasi rata-rata mencapai 3,88% dan 0,37% dari total volume ekspor rumput laut Indonesia.

Namun demikian, berdasarkan nilai ekspor dalam periode 2012-2019 share produk karaginan dan agar-agar rata-rata mencapai 24,34% dari total nilai ekspor rumput laut Indonesia. Sementara itu share nilai ekspor untuk produk rumput laut rumput laut layak konsumsi manusia, rumput laut tidak layak konsumsi manusia, dan rumput laut untuk farmasi rata-rata mencapai 53,64%, 21,87% dan 0,15%.

Hal ini menunjukkan bahwa harga produk karaginan dan agar-agar jauh lebih mahal dibandingkan dengan tiga produk rumput lainnya. Catatan BPS (2020) share volume dan nilai ekspor produk karaginan dan agar-agar dalam tiga tahun terakhir terus mengalami peningkatan. Hal inilah yang diduga kuat menjadi penyebab terjadinya perbedaan yang cukup tajam antara pertumbuhan volume ekspor dengan nilai ekspor rumput laut Indonesia dalam periode 2012-2019 yang dibahas sebelumnya.

Provinsi Asal Ekspor Rumput Laut

Catatan BPS (2020) terlihat bahwa dalam periode 2012-2019 ada lima provinsi yang dominan ekspor rumput laut dari Indonesia, yaitu Provinsi Sulawesi Selatan, Jawa Timur, Kalimantan Utara, Jawa Barat dan Kalimantan Timur. Total rata-rata share volume ekspor dari kelima provinsi tersebut dalam periode 2012-2019 mencapai 93,77% dari total volume ekspor rumput laut Indonesia. Sementara itu Provinsi Sulawesi Selatan dan Jawa Timur merupakan dua provinsi yang paling dominan, dimana dalam periode 2012-2019 share volume ekspor rumput laut rata-rata mencapai 47,33% dan 35,16% dari total volume ekspor.

Negara Tujuan Ekspor

Dalam periode 2012-2019 terlihat bahwa negara utama tujuan ekspor rumput laut Indonesia adalah China. Dalam periode tersebut share volume ekspor rumput laut Indonesia ke China rata-rata mencapai 76,10% dari total volume ekspor rumput laut setiap tahunnya. Artinya dalam periode tersebut ketergantungan terhadap pasar China sangat tinggi. Serapan produk rumput laut Indonesia sangat tergantung pada permintaan dari para buyer yang ada di negara tirai bambu tersebut.

Namun demikian share nilai ekspor rumput laut Indonesia ke China  dalam periode 2012-2019 rata-rata hanya mencapai 60,97 % dari total nilai ekspor rumput laut setiap tahunnya. Hal ini menunjukkan bahwa produk rumput laut yang diekspor ke China harganya relatif sangat rendah karena masih dalam produk raw material (rumput laut kering).

Sementara itu kalau dibandingkan dengan ekspor rumput laut ke Amerika Serikat dan Jepang terlihat bahwa share nilai ekspor nya jauh lebih besar dibandingkan dengan share volume ekspor. Dalam periode 2012-2019 rata-rata share nilai ekspor rumput laut ke Amerika Serikat mencapai 4,44% dari total nilai ekspor rumput laut, sementara share volume ekspor hanya mencapai 2,69% dari total volume ekspor rumput laut.

Dalam periode yang sama terlihat bahwa rata-rata share nilai ekspor rumput laut ke Japan mencapai 3,43% dari total nilai ekspor rumput laut, sementara share volume ekspor hanya mencapai 0,93% dari total volume ekspor rumput laut.

Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan jenis produk rumput laut yang diekspor ke China dengan yang diekspor ke Amerika dan Japan. Sehingga harganya pun mengalami perbedaan. Produk rumput laut yang diekspor ke Amerika Serikat dan Japan bukan lagi jenis raw material, akan tetapi produk yang sudah siap olah menjadi produk lainnya atau dengan kata lain sering disebut dengan istilah barang setengah jadi.

Hal inilah yang mestinya dikembangkan terhadap jenis produk rumput laut Indonesia. Kedepan rumput laut dari Indonesia tidak lagi didominasi oleh produk raw material akan tetapi minimal pada produk setengah jadi dan bahkan produk yang siap konsumsi. Oleh sebab itu diperlukan terobosan-terobosan dan keberpihakan kebijakan pemerintah dalam pengembangan industri rumput laut nasional. Terlebih pemerintah sudah mencanangkan program industrialisasi rumput laut nasional beberapa tahun lalu.

Dampak Pandemi Covid-19

Tingginya ketergantungan terhadap pasar China menjadi salah satu pendorong menurunnya ekspor rumput laut Indonesia pada awal masa pandemi Covid-19. Data BPS (2020) menunjukan bahwa volume ekspor rumput laut pada triwulan 1 2020 hanya mencapai 31,38 ribu ton atau turun sebesar 30,54% jika dibandingkan dengan triwulan 1 2019. Bahkan turun sebesar 49,63% jika dibandingkan triwulan 4 2019 (Gambar 2). Kebijakan lockdown di negara China pada awal pandemi Covid-19 telah menyebabkan permintaan rumput laut mengalami penurunan.

Gambar 2. Ekspor Rumput Laut Periode 2019-2020 Menurut Triwulan (Sumber : BPS 2020)

Pasca China melonggarkan kebijakan pandemi Covid-19 permintaan rumput laut kembali meningkat, walaupun masih belum stabil. Hal ini terlihat dari pertumbuhan volume ekspor rumput laut Indonesia pada triwulan 2 dan 3 tahun 2020 yang mengalami fluktuasi. Catatan BPS (2020) volume ekspor rumput laut pada triwulan 2 2020 mencapai 51,19 ton atau naik sebesar 15,41% dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2019. Atau naik sebesar 63,15% dibandingkan triwulan 1 2020. Sementara itu volume ekspor rumput laut pada triwulan 3 2020 mencapai 52,59 ton atau turun sebesar 8,41% dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2019. Atau naik sebesar 2,73% dibandingkan triwulan 2 2020.   

Penetrasi Pasar Ekspor Rumput Laut

Penetrasi pasar dimaksudkan untuk melihat sejauhmana ekspor rumput laut Indonesia mencapai pasar internasional yang sudah ada. Hal ini dilakukan dengan cara mengukur indeks penterasi pasar yang dihitung dengan membandingkan antara jumlah negara tujuan ekspor rumput laut Indonesia dengan jumlah negara yang melaporkan impor rumput laut dari seluruh negara pada tahun yang sama (The World Bank 2013). Berdasarkan hal tersebut data yang dipakai dalam analisis ini adalah data perdagangan yang tercatat di International Trade Center (ITC).

Penterasi ekspor rumput laut yang rendah mengindikasikan adanya hambatan perdagangan yang dialami oleh para pelaku ekspor dalam memperluas pasar tujuan ekspor. Nilai indeks penetrasi pasar berkisar antara 0-1, dimana nilai 1 menunjukkan bahwa negara pengekspor rumput laut mengekspor ke setiap negara yang mengimpor produk rumput laut.

Berdasarkan hasil analisis terlihat bahwa pada tahun 2019 indeks penetrasi pasar rumput laut Indonesia hanya mencapai 0,13. Artinya pasar rumput laut internasional masih banyak yang belum tersentuh oleh produk rumput laut Indonesia. Tahun 2019 jumlah negara tujuan ekspor produk rumput laut Indonesia mencapai 20 negara, sementara itu total jumlah negara yang mengimpor produk rumput laut di seluruh dunia mencapai 165 negara.

Oleh sebab itu diperlukan peningkatan kerjasama dan promosi produk rumput laut Indonesia di pasar internasional. Selain terus meningkatkan promosi di negara-negara tujuan ekspor yang sudah ada saat ini, pemerintan dan pelaku ekspor rumput laut juga perlu melakukan pengembangan pasar ke negara-negara tujuan ekspor lainnya yang belum tersentuh produk rumput laut Indonesia. Misalnya Taipe, Australia, Mexico, Brazil, Germany, Norway, New Zealand dan Austria.

Outlook

Nilai ekonomi rumput laut masih perlu untuk terus ditingkatkan. Pemerintah dan para pelaku usaha rumput laut nasional perlu mengembangkan pasar rumput laut di pasar internasional. Rendahnya penetrasi pasar rumput laut saat ini menunjukkan bahwa masih banyak negara-negara tujuan ekspor yang belum tersentuh produk rumput laut Indonesia.

Padahal secara total penetrasi ekspor produk perikanan Indonesia rata-rata diatas 94%. Artinya produk rumput laut Indonesia memiliki peluang besar untuk dikembangkan pasarnya di pasar internasional. Oleh sebab itu setiap pameran produk perikanan yang selalu diikuti oleh Indonesia di berbagai negara tujuan ekspor hendaknya produk rumput laut dapat diikutsertakan.

Sementara disisi lain, pemerintah dan para pelaku usaha rumput laut nasional perlu terus mengembangkan produk olahan rumput laut agar produk yang diekspor tidak lagi produk raw material. Sehingga nilai ekspornya pun akan jauh lebih tinggi.

Semoga kedepan ekspor produk rumput laut dapat terus meningkat. Aamiin.

 

Referensi

BPS 2020. www.bps.go.id

Marino, Monica et all 2019. Livelihood aspects of seaweed farming in Rote Island, Indonesia. Marine Policy 107 (2019) 103600 . https://doi.org/10.1016/j.marpol.2019.103600

The World Bank 2013. Online trade outcomes indicator. User’s manual version 1.0

   Send article as PDF   

Anda mungkin juga menyukai:

error: Content is protected !!