Dalam beberapa hari ini media online dan cetak nasional banyak membahas data yang disampaikan oleh Sekretaris Jenderal Asosiasi Tuna Indonesia (Astuin) dalam salah satu forum diskusi terkait Papua New Guinea (PNG) yang saat ini menjadi eksportir terbesar komoditas Cakalang atau Skipjack Tuna dunia. Dalam forum diskusi tersebut disampaikan bahwa dalam tiga tahun terakhir, ekspor tuna PNG melonjak 15 kali lipat hingga menduduki peringkat pertama dunia untuk hasil tangkapan tuna (Kompas, 22/11/2017). Data yang disampaikan Astuin tersebut menarik untuk kita ulas secara lebih detail apa dibalik meningkatnya ekspor ikan tuna PNG tersebut. 
 
Perkembangan Ekspor Ikan Tuna PNG
Berdasarkan data International Trade Centre (2017) terlihat bahwa PNG tercatat sebagai negara yang memiliki volume ekspor ikan tuna terbesar dunia adalah sejak tahun 2016 dengan Volume ekspor mencapai 872.132 ton. Volume ekspor ikan tuna PNG tahun 2016 tersebut cukup pantastis karena mengalahkan negara-negara eksportir tuna yang ada selama ini, seperti Thailand, China, Spain, Korea, Ekuador dan Indonesia. Selain itu juga volume ekspor ikan tuna PNG pada tahun-tahun sebelumnya belum pernah lebih tinggi dari 137 ribu ton, bahkan pada peridode 2012-2014 volume ekspor ikan tuna PNG hanya sekitar 50 an ribu ton (Lihat Tabel 1). Berdasarkan hal tersebut penulis menduga telah terjadi perubahan besar pada armada penangkapan ikan tuna di perairan PNG pada tahun 2016 dan produksi ikan tuna PNG meningkat tajam sehingga ekspornya pun meningkat drastis. 
 
Tabel 1. Volume Ekspor 10 Negara Eksportir Ikan Tuna Dunia (Ton)
Negara 2012 2013 2014 2015 2016
Papua New Guinea  51.658  56.279  59.358  137.806  872.132
Thailand  577.337  562.971  614.588  578.704  581.844
Taipei, Chinese  333.590  333.157  340.537  330.530  324.775
Spain  290.255  286.269  312.932  272.734  271.443
China  98.432  131.909  175.390  202.067  212.756
Korea, Republic of  173.799  140.496  199.645  199.059  199.370
Ecuador  162.385  188.245  217.830  188.394  189.951
Indonesia  177.608  186.692  171.826  151.139  125.400
France  101.356  86.391  60.670  82.032  90.935
Philippines  116.584  172.588  129.168  101.269  81.051
Mauritius  69.046  66.218  67.982  63.129  65.304
Sumber : www.trademap.org
 
Namun demikian dugaan penulis tersebut belum mendapatkan dukungan bukti yang kuat. Berdasarkan laporan tahunan PNG pada bulan Agustus 2017 kepada Western and Central Pacific Fisheries Commision (WCPFC) terlihat bahwa total produksi ikan tuna PNG dalam periode 2012-2016 rata-rata hanya 125.212 ton untuk di wilayah perairannya sendiri dan 109.270 ton diluar perairannya (Lihat Tabel 2). Produksi ikan tuna PNG tahun 2016 hanya mencapai 286.398 ton atau hanya 32,84 % dari total volume ekspor tuna PNG tahun 2016. Artinya ada sekitar 67,16 % volume ekspor ikan tuna PNG yang tidak jelas sumber nya. 
 
Tabel 2. Estimasi Produksi Ikan Tuna Papua New Guinea
Sumber : Western and Central Pacific Fisheries Commision (WCPFC) 2017
Kemana Ikan Tuna PNG di Ekspor?
Berdasarkan catatan International Trade Centre (2017), PNG tidak pernah melaporkan kepada publik terkait volume ekspor ikan tuna sejak tahun 2012. Oleh sebab itu pendekatan yang dipakai untuk mengetahui berapa volume ekspor ikan tuna PNG adalah berdasarkan laporan masing-masing negara yang melakukan impor ikan tuna dari PNG. Berdasarkan hal tersebut, International Trade Centre (2017) mencatat bahwa sekitar 83,90 % ikan tuna PNG di ekspor ke Phillipines dan 10,34 % di ekspor ke Thailand. Pada tahun 2016 volume impor ikan tuna Phillipines dari PNG mencapai 731.738 ton atau sekitar 89,84 % dari total volume impor ikan tuna, dimana 725.532 ton adalah ikan Cakalang (Skipjack tuna) (lihat Gambar 1). Sementara volume impor ikan tuna Thailand dari PNG tahun 2016 mencapai 90.220 ton atau sekitar 11,73 % dari total impor ikan tuna.
Gambar 1. Perkembangan Volume Impor Cakalang Phillipines dari PNG
Volume impor ikan tuna Phillipines dari PNG pada tahun 2016 tersebut meningkat 15 kali lebih besar dibandingkan tahun 2015 yang hanya mencapai 45.170 ton. Berdasarkan hal tersebut terlihat jelas bahwa peningkatan volume ekspor ikan tuna PNG diduga kuat dipengaruhi oleh keberadaan armada penangkap ikan tuna milik para pengusaha Phillipines. Hasil pemantauan laman global fishing watch terlihat banyak terdapat armada kapal penangkap ikan berbendera Phillipine di perairan PNG. Hampir setiap saat kapal-kapal tersebut hilir mudik General Santos-PNG (Lihat Gambar 2).
 
Gambar 2. Kapal ikan berbendera Phillipine di Perairan PNG Periode Januari-Juli 2016 (Sumber : Global Fishing Watch 2017)
Namun demikian hasil produksi kapal-kapal ikan Phillipines tersebut tidak dilaporkan kepada pihak PNG sebagai produksinya. Artinya peningkatan volume ekspor ikan tuna PNG tersebut lebih dinikmati oleh para pelaku usaha di Phillipines dan Thailand dibandingkan dengan di negara PNG nya sendiri. Hal inilah yang terjadi diperairan Indonesia sebelum tindakan tegas Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti dalam memberantas IUUF di perairan Indonesia. Namun rupanya modus tersebut kini berpindah ke negara  PNG.
 
Negara Phillipine dan Thailand melaporkan kepada publik bahwa mereka melakukan impor ikan tuna dari PNG, hal ini guna meyakinkan pasar dunia bahwa ikan tuna yang ada di negaranya jelas ketelusurannya. Terlebih pasar uni eropa yang menjadi sasaran pasar ikan tuna dunia sangat ketat dengan persyaratan tersebut. Kalau sampai dilanggar, maka ikan tuna tersebut akan dilarang masuk ke pasar uni eropa. 
 
Berdasarkan hal tersebut diatas terlihat bahwa aktivitas IUUF sampai saat ini masih merupakan kejahatan yang perlu terus ditindak. Oleh sebab itu pemerintah Indonesia dan ASEAN perlu terus mendesak agar para pelaku usaha perikanan tangkap yang ada di masing-masing negaranya untuk tidak melakukan IUUF. Hal ini dimaksudkan agar kelestarian sumberdaya dan keberlanjutan ekonomi perikanan dapat terjaga dengan baik. 
   Send article as PDF   

Anda mungkin juga menyukai:

error: Content is protected !!