Sumber : https://pngtree.com/

Oleh : Suhana

Badan Pusat Statistik RI (BPS 2021) merelease data pertumbuhan ekonomi Indonesia periode Triwulan II-2021 sebesar 7,07% jika dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2020 (Y On Y) dan sebesar 3,31 % jika dibandingkan Triwulan I-2021 (Q To Q). Perikanan merupakan salah satu sektor yang mengalami pertumbuhan ekonomi yang sangat signifikan pada Triwulan II-2021. Pada Triwulan II-2021 pertumbuhan ekonomi perikanan mencapai 9,69% jika dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2020 (Y On Y) atau sebesar 6,41 % jika dibandingkan Triwulan I-2021 (Q To Q).

Pertumbuhan Ekonomi Perikanan, Pertanian, Kehutanan dan Nasional Triwulan II-2021 (Sumber : BPS 2021, diolah)

Tingginya nilai pertumbuhan ekonomi perikanan tersebut dapat dijadikan momentum untuk meningkatkan kepercayaan publik terhadap sektor perikanan yang selama Pandemi Covid-19 terus mengalami “goncangan”, bahkan sempat mengalami resesi ekonomi pada tahun 2020. Selain itu juga tingginya pertumbuhan ekonomi perikanan tersebut diharapkan para pelaku perikanan, dari hulu sampai hilir dapat termotivasi untuk terus bertahan dan berkembang di masa Pandemi Covid-19 ini.

Terakselerasinya ekonomi perikanan Triwulan II tersebut sejalan dengan hasil Survey Kegiatan Dunia Usaha Triwulan II-2021 yang dilakukan Bank Indonesia. Dalam artikel sebelumnya Suhana (2021a) menyatakan bahwa berdasarkan hasil Survey Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Triwulan II-2021 yang dilakukan oleh Bank Indonesia terlihat bahwa kegiatan usaha sektor perikanan terakselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal tersebut tercermin dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT) kegiatan usaha sektor perikanan triwulan II-2021 sebesar 0,17%, meningkat dari -0,1% pada triwulan I-2021. Peningkatan kinerja usaha sektor perikanan didorong oleh terus membaiknya permintaan produk perikanan di tengah tantangan pandemi covid-19.

Namun demikian, Bank Indonesia (2021) dalam hasil surveynya mengingatkan bahwa pada triwulan III-2021, kegiatan usaha sektor perikanan diperkirakan akan kembali terkontraksi dengan SBT sebesar -0,06%, lebih rendah dibandingkan SBT 0,17% pada triwulan II- 2021. Perlambatan kegiatan usaha di triwulan III-2021 dipicu oleh kebijakan PPKM Darurat dan PPKM Level 3 dan 4 di wilayah Jawa-Bali dan diluar wilayah Jawa-Bali. Selain itu juga Bank Indonesia memperkirakan pada triwulan III-2021 mayoritas sektor tercatat akan mengalami perlambatan.

Volume Ekspor Perikanan Triwulan II-2020

Secara teori meningkatnya pertumbuhan ekonomi perikanan mencerminkan adanya peningkatan produksi perikanan secara nasional. Oleh sebab itu tinginya pertumbuhan ekonomi sektor perikanan Triwulan II-2021 menarik untuk dikaji lebih detail, produk perikanan apa saja yang mengalami peningkatan di Triwulan II 2021 ini? Apakah semua produk perikanan mengalami peningkatan?. Penulis mencoba menganalisis dengan pendekatan volume ekspor produk perikanan pada Triwulan II-2021.

Hal ini disebabkan kesulitan penulis untuk dapat mengakses terhadap data produksi perikanan nasional per Triwulan II-2021. Sementara itu data volume ekspor produk perikanan Triwulan II-2021 dapat di akses di Badan Pusat Statistik RI.

Oleh sebab itu penulis mengasumsikan bahwa produk perikanan yang mengalami peningkatan volume ekspor menunjukkan terjadinya peningkatan produksi ikan dari para nelayan atau pembudidaya ikan nasional. Berdasarkan asumsi ini seharusnya pertumbuhan ekonomi berdampak nyata pada peningkatan nilai tukar nelayan dan pembudidaya ikan pada triwulan II-2021.

Top 20 Ekspor Produk Perikanan Indonesia Triwulan II-2021

No Komoditas Volume (Kg) Nilai (USD)
Triwulan I Triwulan II Triwulan I Triwulan II
1 Udang   64,152,517   59,948,724   542,072,062   515,234,994
2 Tuna-Tongkol-Cakalang   47,548,119   50,371,848   177,045,851   182,281,773
3 Rajungan-Kepiting     8,823,900     9,997,024   116,352,151   170,367,985
4 Cumi-Sotong-Gurita   35,282,796   39,834,951   129,626,493   143,102,945
5 Ikan Lainnya   45,373,401   46,403,970   112,402,019   121,461,906
6 Rumput Laut    48,199,474   54,513,359     65,761,890     85,211,301
7 Tepung Ikan-Pellet-Makanan Ikan   43,083,317   34,676,790     29,280,651     25,599,856
8 Layur, Gulama   13,023,328   13,273,417     22,012,904     22,464,381
9 Makarel   18,695,602   12,668,356     27,904,782     20,750,620
10 Sarden-Sardinella     7,070,907     9,004,519     12,414,492     14,963,366
11 Tilapia     2,535,766     2,312,273     15,475,134     13,881,629
12 Mutiara            2,383            1,737     13,813,246     12,261,805
13 Salmon        798,002     1,303,278       4,891,863     10,314,417
14 Ikan Hias        408,329        370,052     10,260,740       9,590,166
15 Hati-Telur Ikan        565,316     1,010,521       9,551,973       8,927,619
16 Olahan Ikan Lainnya     4,323,906     3,227,063     10,212,630       8,717,369
17 Bagian Ikan Lainnya     2,753,356     2,539,547       8,206,293       8,204,982
18 Kerapu     1,938,093     1,452,346     10,177,436       8,173,508
19 Lobster        604,131        431,174       4,720,070       7,183,697
20 Todak     1,333,124     1,216,561       6,198,255       6,426,019

Sumber : BPS (2021), diolah Suhana

Berdasarkan hasil analisis terhadap data ekspor yang dipublish  BPS (2021) terlihat bahwa produk perikanan yang mengalami peningkatan volume ekspor pada triwulan II-2021 diatas 10% dibandingkan triwulan II-2020 adalah ikan layur (13,37%), Kerapu (19,77%), Ikan Hias (22,49%), Lobster (24,83%), Barracuda (27,28%), Bulu Babi (29,21%), Kakap Merah (31,56%), Rajungan (31,91%), Mutiara (37,61%), Ubur-Ubur (39,55%), Ikan Pari (43,86%), Cumi-Sotong-Gurita (49,84%), Sirip Hiu (70,51%), Seabream (150,10%), Cobia (159,98%) dan Ikan pipih lainnya (2.343,56%).

Sementara itu untuk produk ikan Tuna-Tongkol-Cakalang dan Udang yang merupakan penyumbang terbesar nilai ekspor perikanan Indonesia pada triwulan II-2021 cenderung menurun dibanding volume ekspor pada Triwulan II-2020. Volume ekspor TTC pada triwulan II-2021 turun sebesar 12,20% dibandingkan triwulan II-2020. Sementara itu volume ekspor Udang pada triwulan II-2020 turun sebesar 2,36% dibandingkan triwulan II-2020.

Namun demikian udang tetap merupakan komoditas perikanan terbesar ekspor perikanan Triwulan II-2021, baik volume maupun nilai ekspornya. Bahkan udang sejak Triwulan II-2020 tercatat memiliki volume terbesar ekspor produk perikanan Indonesia, mengalahkan rumput laut yang selama ini selalu menjadi nomor satu penyumbang volume ekspor perikanan.

Berdasarkan hal tersebut diduga bahwa pertumbuhan ekonomi perikanan triwulan II-2021 didorong oleh peningkatan produksi perikanan tangkap dan budidaya, kecuali udang dan TTC. Dugaan ini tentu akan lebih valid apabila didukung oleh data lapangan yang akurat.

Nilai Tukar Nelayan dan Pembudidaya Ikan

Dugaan ini sejalan dengan meningkatnya Nilai Tukar Nelayan (NTN) dan Pembudidaya Ikan (NTPi) pada triulan II-2021.  Suhana (2021b) menyatakan bahwa berdasarkan Berita Resmi Statistik BPS sepanjang Triwulan II-2021, Nilai Tukar Nelayan (NTN) dan Pembudidaya ikan (NTPi) pada triwulan II-2021 meningkat sebesar 5,65% dan 3,00% dibandingkan triwulan 2 tahun 2020. Hal ini menunjukkan daya beli keluarga nelayan kecil dan pembudidaya ikan mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya.

Waspada Triwulan III-2021

Sejak awal Triwulan III-2021, pemerintah kembali menerapkan kebijakan pembatasan aktivitas masyarakat, khususnya di wilayah Pulau Jawa-Bali. Namun demikian, saat ini kebijakan tersebut sudah melebar ke wilayah diluar Pulau Jawa-Bali. Hal ini tentu akan berdampak pada penurunan aktivitas masyarakat di seluruh wilayah Indonesia, khususnya di wilayah-wilayah pusat pasar produk perikanan.

Terlebih kondisi pasar ikan internasional, khususnya di negara tujuan utama produk perikanan Indonesia, seperti China dan USA kembali mengalami perlambatan. Catatan Kompas (19/08/2021) menunjukkan bahwa ekspansi ekonomi China mengalami perlambatan sejak Juli 2021, sementara pemulihan ekonomi Amerika Serikat  diperkirakan akan mengalami perlambatan karena gelombang kasus virus corona varian Delta yang saat ini mewabah. Artinya permintaan produk perikanan Indonesia berpotensi kembali mengalami perlambatan.

Suhana (2021a) menyatakan bahwa pemerintah dan pelaku perikanan perlu belajar pada kondisi awal masa pandemic Covid-19, dimana banyak hasil produksi nelayan dan pembudidaya ikan yang tidak terserap pasar, karena permintaan menurun, baik pasar domestik maupun ekspor. Oleh sebab itu, pada masa PPKM Darurat, Level 3 dan 4 ini pemerintah perlu terus mendorong kebijakan untuk meningkatkan daya serap ikan-ikan hasil produksi para nelayan dan pembudidaya ikan nasional.

Misalnya mempercepat implementasi sistem resi gudang untuk sektor perikanan, sehingga ikan-ikan hasil produksi nelayan dan pembudidaya ikan bisa ditampung dulu di SRG dan dijual lagi ketika harga mulai kembali stabil. Selain itu juga jaringan rantai dingin dari sentra produksi perikanan sampai sentra pasar ikan (konsumen) di seluruh wilayah Indonesia perlu terus diperkuat. Hal ini guna memperlancar distribusi pasar ikan di seluruh wilayah Indonesia. Penguatan jaringan rantai dingin ini pun diperlukan guna mendukung bisnis pasar ikan online yang belakangan cukup berkembangan dengan baik.

Sementara itu, untuk meningkatkan serapan dipasar internasional perlu terus berupaya membina para nelayan dan pembudidaya ikan agar dapat menjaga mutu hasil tangkapannya sejak dari atas perahu atau tambak ikan/udang. Hal ini dimaksudkan agar ikan hasil tangkapan nelayan dan pembudidaya ikan memiliki harga yang tinggi dan meningkatkan daya serap produk ikan Indonesia di pasar internasional (Suhana 2021).

Dengan adanya berbagai upaya tersebut diharapkan kebijakan PPKM Darurat, PPKM Level 3 dan 4 tidak memberikan dampak signifikan bagi pelaku perikanan nasional, khususnya nelayan dan pembudidaya ikan kecil. **

   Send article as PDF   

Anda mungkin juga menyukai:

error: Content is protected !!