Beberapa waktu yang lalu penulis dikontak oleh salahsatu institusi pemerintah yang berwenang dalam mengendalikan keluarmasuknya perdagangan komoditas ikan di Indonesia. Lembaga tersebut meminta masukan terkait peluang ancaman wabah acute hepatopancreatic necrosis syndrome (AHPNS) atau yang lebih dikenal dengan nama early mortality syndrome (EMS) bagi ekonomi udang nasional.

Sebagai orang yang tidak punya keilmuan dibidang penyakit ikan, khususnya penyakit udang tentu penulis berusaha keras mencari informasi terkait wabah acute hepatopancreatic necrosis syndrome (AHPNS) atau early mortality syndrome (EMS) tersebut. Alhasil penulis menemukan bahwa wabah acute hepatopancreatic necrosis syndrome (AHPNS) atau early mortality syndrome (EMS) sangat berbahaya karena menyerang udang pada ukuran larva. Lestiawan dkk (2014) menyatakan bahwa wabah EMS menyerang udang pada umur masih 20 sampai 30 hari dan pada umur 40 hari. Semua udang penderita akan mengalami kematian dalam waktu singkat.

Gambar 1. Waspada EMS

Lestiawan dkk (2014) lebih lanjut menyatakan bahwa penyakit ini sudah menimbulkan wabah kematian dan kerugian ekonomis signifikan di Vietnam (tahun 2010-2012). Daerah penyebarannya meliputi Cina (2009), Vietnam (2010), Malaysia Timur (2010), Thailand Timur (2012) sampai perbatasan Kamboja (2013). Penyebab wabah EMS adalah Vibrio parahaemolitycus yang terinfeksi oleh virus tertentu (phage), sehingga bakteri tersebut akan membebaskan senyawa yang sangat toksik (toxin).

Atas hal tersebut kiranya Indonesia perlu lebih waspada terhadap serangan EMS dari negara-negara tetangga yang sudah terlebih dahulu tambak udangnya terserang EMS. Terlebih wilayah-wilayah perbatasan Indonesia,khususnya dengan Malaysia memiliki potensi lahan budidaya udang yang sangat besar. Dengan demikian apabila tidak terawasi dikhawatirkan wabah EMS dari Malaysia masuk ke Indonesia secara illegal. 

Gambar 2. Kasus Penyelundupan Benih Vanname dari Malaysia

Kekhawatiran masuknya wabah EMS dari Malaysia ke Indonesia secara illegal sangat tinggi, terlebih beberapa bulan yang lalu (September 2016) telah tertangkap penyelundupan benih udang Vanname melalui jalur-jalur tikus yang ada di wilayah perbatasan Indonesia-Malaysia. Wabah EMS bisa tersebar melalui benih-benih udang yang belum dijamin kualitasnya tersebut, terlebih dimasukan secara illegal dari Malaysia ke Indonesia. Kasus penyelundupan tersebut bisa saja terjadi disepanjang perbatasan Indonesia-Malaysia, mengingat sampai saat ini masih terdapat ribuan jalur “tikus” yang bisa dijadikan tempat menyelundupkan wabah EMS tersebut. 

Pemerintah dan para pelaku usaha udang nasional perlu terus bersatu padu dalam mengantisipasi penyebaran wabah EMS ini dari negara tetangga,khususnya Malaysia. Hal ini disebabkan komoditas udang Vanname merupakan komoditas utama ekspor ikan Indonesia. Berdasarkan hasil analisis terhadap data perdagangan komoditas ikan tahun 2016 yang dipublis oleh BPS RI terlihat  bahwa komoditas udang Vanname (whiteleg shrimps) menyumbang 27,62 persen terhadap total nilai ekspor komoditas ikan Indonesia (Lihat Tabel 1). Artinya ketika produksi udang Vanname nasional terganggu akibat wabah EMS dikhawatirkan akan berdampak langsung terhadap penurunan ekspor komoditas ikan nasional.

Tabel 1. Kontribusi (Share) 10 Komoditas Utama Ekspor Ikan Indonesia Tahun 2016

No

Share Nilai Share Berat

Deskripsi HS

1  17.41  8.06 Other whiteleg shrimps, frozen,
2  10.21  4.95 Whiteleg shrimps headless with tail,
3  9.56  15.47 Cuttle fish and squid, frozen
4  5.41  2.25 Other giant tiger prawns, frozen, fit
5  4.23  1.99 Whiteleg shrimps headless without tail,
6  3.86  1.04 Giant tiger prawns headless, frozen, fit
7  3.49  5.24 Meat of other fish,
8  3.21  1.88 Frozen fillets of tunas, skipjack or
9  2.46  1.72 Tilapias fillets, frozen
10  2.37  2.05 Frozen fillets of other fish

Sumber : BPS RI 2017 (Diolah)

Kekhawatiran tersebut didasarkan pada pengalaman negara-negara tetangga, seperti Vietnam yang pada tahun 2015 telah menurunkan kerapatan tebar benih udang Vanname sebesar 30 % guna mengurangi ancaman EMS. Akibatnya produksi udang Vietnam diperkirakan turun dibandingkan tahun sebelumnya. Akibatnya ketersediaan bahan baku udang lokal akan menurun. Oleh sebab itu Vietnam melalukan impor bahan baku udang dari Ekuador, India dan Indonesia untuk di re ekspor kembali ke negara tujuan ekspor. Bahkan produksi udang Vanname Malaysia terus mengalami penurunan sejak tahun 2010. Tahun 2010 produksi udang Vanname Malaysia mencapai 90.000 Ton dan tahun 2015 menurun drastis menjadi 32.000 ton. Hal ini disebabkan oleh serangan wabah EMS. 

Gambar 3. Produksi Udang Nasional Tahun 2015

Lahan budidaya udang Indonesia tersebar hampir diseluruh wilayah NKRI. Data Kementerian Kelautan dan Perikanan (2016) menunjukan bahwa wilayah Pulau Jawa, Sumatera, Sulawesi dan Kalimantan merupakan wilayah penyumbang produksi udang terbesar di Indonesia. Total produksi udang nasional tahun 2015 mencapai 890.379 ton, dimana 47,29 % merupakan udang Vanname (Lihat Gambar 3). 

Berdasarkan hal tersebut, guna menjaga dan meningkatkan ekonomi udang nasional pemerintah dan para pelaku usaha udang nasional hendaknya perlu terus waspada terhadap serangan wabah EMS. Pemerintah perlu terus melarang masuknya udang hidup/beku dari negara yang sedang terjadi wabah AHPNS (EMS). Selain itu, juga pemerintah perlu terus melakukan pemantauan dan pengamatan laboratorium secara rutin dan periodik, supaya udang yang masuk ke Indonesia betul-betul bebas dari wabah EMS.

   Send article as PDF   

Anda mungkin juga menyukai:

error: Content is protected !!